Berita dari KEmenkes RI "Menkes sampaikan 2 upaya penting dalam pengendalian HIV AIDS
Indonesia
merupakan salah satu negara di Asia yang mengalami perkembangan epidemi HIV
yang cepat. Meski prevalensi HIV di antara orang dewasa secara umum masih
rendah, kecuali di Tanah Papua, namun prevalensi HIV pada kelompok populasi
tertentu masih tinggi, seperti pada pengguna Napza Suntik atau pengguna narkoba
suntik (Penasun), pekerja seks komersial (PSK) dan lelaki suka seks dengan
lelaki (LSL).
Upaya
pengendalian HIV-AIDS dan infeksi menular seksual (IMS) dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya penularan dan penyebaran HIV-AIDS dan IMS di kalangan masyarakat.
Salah satu pendekatan pengendalian HIV-AIDS dan IMS adalah perubahan perilaku
berisiko. Di samping itu, bagi mereka yang sudah tertular HIV atau disebut
orang dengan HIV-AIDS (ODHA), diberikan terapi antiretroviral (ARV) untuk
mencegah kematian atau mortalitas, memperpanjang umur, dan meningkatkan
kualitas hidupnya.
Suksesnya
Pengendalian HIV-AIDS dan IMS akan memberikan kontribusi penting terwujudnya
bangsa Indonesia yang sehat, bermutu, produktif dan berdaya saing, ujar Menteri
Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Moeloek, Sp.M (K), saat memberikan arahan pada
Pertemuan Tahunan Kelompok Kerja dan Panel Ahli HIV-AIDS dan Infeksi Menular
Seksual di Kantor Kementerian Kesehatan RI, Jumat pagi (12/12).
Sejak kasus
AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1987 sampai dengan saat
ini, berbagai respon untuk mengendalikan penyakit ini telah dilakukan. Banyak
kemajuan yang telah dicapai dalam upaya Pengendalian HIV-AIDS dan IMS dalam
tiga dasa warsa terakhir, diantaranya peningkatan jenis dan cakupan layanan,
peningkatan penyediaan reagen dan obat, serta bahan dan alat yang diperlukan.
Meskipun demikian, masih dijumpai kesenjangan atau disparitas antar wilayah
geografi, kelompok penduduk, dan tingkat sosial ekonomi. Disparitas ini
utamanya terkait dengan 1) kapasitas pelayanan kesehatan, 2) jenis dan luasnya
epidemi, serta 3) ketersediaan sumber daya.Sementara itu, Millenium Development
Goals (MDG) ditargetkan untuk dicapai pada tahun 2015 dan masyarakat dunia akan
memulai upaya unyuk mencapai Sustainable Development Goals (SDG). Padahal,
masih ada tugas yang masih harus kita selesaikan, yaitu: 1) upaya menekan laju
infeksi baru HIV, 2) peningkatan pengetahuan komprehensif, 3) peningkatan
penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko, serta 4) peningkatan akses
pengobatan.
Selain itu,
komitmen mewujudkan Getting To 3 Zeroes: Zero New HIV Infection, Zero Stigma
and Discrimination dan Zero AIDS Related Death harus kita capai. Semoga dengan
adanya Pokja dan Panli HIV-AIDS menjadikan rencana kerja lebih komprehensif dan
pelibatan berbagai program dapat semakin terarah dan terkoordinasi, sehingga
pencapaian 3 zeroes akan segera tercapai di Indonesia., tutur Menkes.
Sejak tahun
2007, telah dibentuk Kelompok Kerja Penanggulangan HIV-AIDS dan IMS, yang
beranggotakan wakil dari masing-masing unit utama di lingkungan Kementerian
Kesehatan RI yang berkaitan dengan Pengendalian HIV-AIDS dan IMS. Dengan adanya
Pokja tersebut, diharapkan koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi dalam
pelaksanaan upaya pengendalian HIV-AIDS dan IMS dapat berjalan dengan
sebaik-baiknya, sehingga respon terhadap epidemi HIV di jajaran kesehatan dapat
berjalan secara optimal, efisien, terintegrasi dan terkoordinasi dan masyarakat
yang memerlukan benar-benar mendapatkan manfaat.Berita ini disiarkan oleh Pusat
Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
Untuk informasi
lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 500-567; SMS
081281562620, faksimili: (021) 52921669, dan alamat email
kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id - See more at:
http://www.depkes.go.id/article/view/14122200002/menkes-sampaikan-dua-upaya-penting-pengendalian-hiv-aids.html#sthash.P1DEAglu.KsTcsmvh.dpuf
Komentar
Posting Komentar